Senin, 26 Desember 2016

Rogue One: A Star Wars Story (2016)

Well, I'm not a fan of Star Wars. But I enjoy every Star Wars movies. The Empire Strikes Back (1980) atau biasa di sebut Episode V, masih menjadi favorit sejak pertama nonton. Setelah tahun lalu kita di suguhi The Force Awakens (2015) atau Episode VII, kini giliran Rogue One. Katanya sih, sampai tahun 2020 nanti akan di rilis film Star Wars setiap tahunnya yang terdiri film utama (yang ada "episode-nya" itu) dan spin-off. Nah, Rogue One ini masuk kategori spin-off itu. Ceritanya berdiri sendiri, namun masih ada kaitannya dengan seri-seri utamanya. Cukup penasaran dengan Rogue One ini. Karena tahu yang jadi sutradaranya adalah Gareth Edwards (Godzilla) dan memasang aktor-aktor ngetop. Tak lupa, ada kemunculan singkat dari Darth Vader. Ceritanya sendiri mengambil setting di antara episode III dan IV. Banyak yang bilang ini adalah Star Wars 3.5 (sebenernya lebih cocok 3.9 soalnya lebih deket ke episode IV). Hal itu membuat filmnya layak untuk di nanti.
Bagi yang sudah nonton episode IV, disitu kan di ceritakan kalau Luke Skywalker dan kawan-kawan harus menghancurkan pangkalan luar angkasa milik pihak Empire yang bernama Death Star dengan berbekal peta rancangan yang menunjukkan titik lemah dari Death Star itu sendiri. Peta rancangan tersebut di curi oleh beberapa pasukan Rebel. Tidak di ceritakan atau di sebutkan siapa saja pasukan Rebel itu. Nah, Rogue One mencoba untuk menceritakan bagaimana pencurian peta rancangan itu yang nantinya bisa berada di tangan pihak Rebel. Jadi film ini adalah prequel dari episode IV. Namun, juga bisa menjadi sequel bagi episode III. Sempat terdengar kabar tidak menyenangkan dari film ini. Pihak studio yang kabarnya tidak puas dengan hasil akhirnya, memutuskan untuk melakukan re-shoot dan menyewa Tony Gilroy untuk merevisi naskah milik Chris Weitz. Re-shoot ini juga menyebabkan Alexandre Desplat yang awalnya menjadi komposer di gantikan oleh Michael Giacchino di karenakan jadwal Desplat yang bentrokan.
Film di buka dengan kedatangan Orson Krennic (Ben Mendelsohn) dari pihak Empire yang mengusik ketenangan keluarga Galen Erso (Mads Mikkelsen - senang rasanya lihat dia jadi orang baik-baik). Galen merupakan seorang ilmuwan. Empire membutuhkan keahliannya untuk merancang dan menyempurnakan Death Star - yang mampu menghancurkan sebuah planet. Putri dari Galen - Jyn (Felicity Jones) berhasil melarikan diri dengan bantuan Saw Gerrera (Forest Whitaker) yang merupakan veteran perang clone sekaligus sahabat dari Galen. Belasan tahun kemudian, pihak Rebel mengetahui kalau Jyn adalah putri dari Galen. Mereka minta bantuan Jyn untuk mencuri peta rancangan Death Star. Dalam menjalankan misinya ia tidak sendiri. Ada Cassian Andor (Diego Luna) - seorang pilot Rebel dan K-2SO (Alan Tudyk) - bekas robot Empire yang di program ulang. Selama perjalanan nantinya mereka bertemu dengan seorang pendekar yang mempercayai Force - Ip Man Chirrut Imwe (Donnie Yen) dan Baze Malbus (Jiang Wen), serta Bodhi Rook (Riz Ahmed) - seorang pilot Empire yang membelot.
Is it me or - this picture kind of reminds me of Korean boyband/girlband music video...
Tidak ada jedi, opening crawl, dan lightsaber seakan-akan menegaskan kalau ini adalah film yang berdiri sendiri. Harus di akui, film ini secara keseluruhan sukses menjembatani episode III dan IV. Gareth Edwards beserta duo penulis naskahnya - Chris Weitz (American Pie, Cinderella) dan Tony Gilroy (Bourne Trilogy, Michael Clayton) masih mampu membawa dunia Star Wars yang kita kenal di film ini. Film ini juga menggunakan cast kental unsur diversity-nya sehingga karakter di film ini lebih berwarna. Tapi sayang ceritanya tergolong tidak terlalu istimewa. Ceritanya sendiri sebenarnya sederhana. Mungkin ini karena faktor ekspetasi. Pencurian peta rancangan Death Star harus menjadi sebuah tontonan yang menampilkan unsur spionage atau heist. Weitz dan Gilroy sebenarnya sudah menampilkannya hanya saja kurang terasa feel-nya. Karakternya pun terasa tidak ada yang spesial. Meskipun masing-masing punya kepribadian yang unik, tetap saja jauh dari kesan likeable layaknya Luke, Han Solo, Rey, Obi-Wan, dan beberapa karakter dari seri utamanya. Mereka yang ada di film ini seperti kurang pendalaman lebih.
Applause harus tetap di berikan kepada segenap pemain film ini. Mereka sudah berusaha keras dalam menghidupi masing-masing karakter yang di perankan. Felicity Jones yang di dapuk menjadi peran utama sebagai Jyn Erso sanggup menampilkan heroine cantik dan tangguh. Aura kecantikan dari Jones sanggup bikin betah nonton filmnya sampai habis (maybe I'm gonna be a fan of her). Sayang, motif dari karakter yang ia perankan kurang di gali. Diego Luna sebagai Cassian pun nasibnya tidak jauh beda seperti Jyn. Karakter macam Bodhi Rook dan Baze Malbus juga mengalami hal yang sama. Chirrut Imwe yang di perankan oleh Donnie Yen mungkin sanggup menarik perhatian. Karakternya yang tuna netra dan ahli dalam bela diri mungkin bisa menjadi pengganti jedi yang tidak ada di film ini. K-2SO yang di suarakan oleh Alan Tudyk malah menjadi karakter yang paling punya perasaan di film ini meski ia cuma robot. Unsur humor film ini pun kebanyakan berasal dari dia. Aktor macam Mads Mikkelsen dan Forest Whitaker terasa underdeveloped di sini. Karakter yang di perankan Ben Mendelsohn sudah cukup baik meski terasa kurang mengancam. Terlepas dari beberapa kekurangan tersebut, film ini bisa menebusnya dengan climax yang keren.
Rogue One memiliki visual yang indah. Sinematografi cantik dari Greig Fraser berhasil menangkap landscape yang indah dari setiap planet yang tampil di film ini. Paling suka saat film mengambil setting tempat di Planet Scarif yang sekilas terlihat seperti di sebuah pulau tropis. Planet yang tampak seperti Bumi. Beruntung sekali bisa nonton film ini dalam format 4DX. Jadi ada kesan nyata, merasakan seperti yang ada di dalam film. I think - efeknya paling terasa waktu klimaks. Michael Giacchino memberikan feel yang beda dalam musik gubahannya. Tapi sepertinya musik yang ia gubah tidak bisa lepas dari bayang-bayang John Williams.
Sorry for put only Felicity Jones pictures in this review. 'Cause I just can't resist her beauty...
In the end, meski Rogue One masih jauh level-nya di banding The Force Awakens, film ini sukses menjadi "jembatan" bagi episode III dan IV. Film menderita di bagian karakterisasi dan paruh awal durasinya. Mungkin di sebabkan oleh re-shoot dan revisi sana-sini. Sehingga filmnya terasa muddled. Untungnya beberapa kekurangan tersebut di bayar tuntas oleh Edwards selaku sutradara dengan klimaks yang asyik dan menegangkan serta di akhiri dengan ending yang bittersweet. Mungkin ini bukan seri Star Wars yang terbaik. Namun, ini adalah salah satu film Star Wars yang bagus. One of the most entertaining movie of year!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar